26 Maret 2012

Bentor, Pete - Pete, dan Makhluk Sosial

Saya seneng kok kalau naik kendaraan umum. Lebih banyak hal yang bisa tertangkap mata, dibandingkan naik kendaraan pribadi. Hanya saja, kendaraan umum terlanjur punya kesan identik dengan segala hal yang tidak menyenangkan. Misalnya; padat, panas, ugal - ugalan, dan belum lagi belakangan ramai diberitakan tentang kejahatan yang terjadi di angkutan umum. Makin babak belur-lah kesannya.

Bentor buat saya pribadi menjadi pengecualian dari kesan buruk tadi (kecuali soal keamanan ya?? itu mah drivernya aja yang gak bener). Ia menawarkan eksklusifitas (karena keterbatasan kapasitas penumpang), lebih efisien (karena bisa menjangkau daerah pelosok), dan bebas gerah (ya iyalah, kendaraan serba terbuka gitu). Jadinya, pas dijadikan kendaraan untuk jalan - jalan menikmati kota. Berhubung juga di Gorontalo angkot agak susah didapatkan - karena keterbatasan daya jelajah & waktu operasi - maka saya terbiasa kemana - mana bertransportasikan bentor.

Begitu pindah Makassar, saya kena gegar budaya banget! Bukan hanya soal makanan (tidak pedas), dan cuaca panas - lembabnya, tapi juga soal transportasi. Bentor sudah go public sampai kesini, hanya saja wilayah operasinya sangat terbatas, udah gitu ongkosnya muaaaahhaaaalll... Terpaksa oh terpaksa, saya membiasakan diri lagi dengan angkot a.k.a pete - pete.

Ini baru tantangan. Hampir semua (kecuali bagian rawan kejahatannya) identitas kendaraan umum yang saya sebut diawal memang dimiliki pete - pete. Tidak ada lagi yang namanya efisiensi waktu, karena saya harus bersabar menemani pak sopir menunggu kendaraannya penuh. Tidak ada lagi bebas gerah, karena layaknya mobil, panas mesin dan cuaca nyampur dengan hebohnya. Dan yang terakhir, tidak ada lagi waktu menikmati pemandangan, karena saking capeknya menunggu penumpang, menerobos kemacetan, dan menghadapi gerahnya cuaca, saya sering (hampir) ketiduran di pete - pete.

Tapiiiiii, bukan berarti pete - pete tidak punya sisi baik lho. Ada hal yang buat saya sangat berharga yang bisa saya dapatkan di sini, yaitu; bertemu dengan banyak orang. Memperhatikan karakteristik, dan penampilannya, sampai nguping saat mereka lagi menelpon (hahahaha) menjadi kegiatan yang ternyata cukup seru. Dengan bakat mengkhayal lebay, saya hobi berimajinasi bagaimana bentuk kehidupan dan aktivitas mereka sehari - harinya.

Mungkin buat anda ini bentuk keisengan. Tapi bagi saya, bertemu banyak orang dan memperhatikan mereka adalah hal yang amat sangat jarang bisa kita lakukan di jaman sekarang. Dengan alasan kesibukan dan mobilitas tinggi, kita bahkan tidak sempat untuk sekedar berhenti, dan melihat - lihat (dalam makna harfiah) sejenak ke sekeliling. Padahal, aktifitas sederhana ini bisa membuat kita lebih mensyukuri pemberian-Nya. Hilang sudah sebuah eksklusivitas, berganti dengan pembauran yang bikin saya benar - benar merasa jadi makhluk sosial.

Jadi...

Pete - pete, walaupun belum mencintaimu, tapi suer, saya naksir kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar