25 Maret 2012

Korannya Freddy S.

Foto ini adalah artikel dari tabloid Femme edisi 19 terbit Kamis, 22 Maret 2012. Saya lupa judulnya, yang pasti berisi tentang dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Habib Hasan Assegaf terhadap belasan remaja pria.
Berita pelecehan seksual itu biasa, dan Habib Hasan bukanlah yang (diduga) pertama kali melakukannya. Apa yang bikin berita ini jadi tidak biasa buat saya? cara tabloid Femme menyampaikan informasinya. (Terlalu) lugas, dan blak - blakan (sangat). Beberapa teman saya dari kalangan pers bahkan sampai mengatakan, "ini berita, atau kutipan BAP kepolisian? sangat tidak pantas dipublikasikan!." Ada juga yang mengatakan, "cuma dua kemungkinan, kalau bukan reporternya lugu, berarti yang dikepalanya itu cuma berisi 3 huruf."
Salahkah reporternya? menurut saya tidak! Media cetak dikenal sebagai salah satu media yang paling kredibel, mengingat konsep "gatekeeper" benar - benar diterapkan dalam penerbitannya, dan juga (seharusnya) menjadi media yang paling berhati - hati, karena apabila bersalah, paling mudah dibuktikan (lewat dokumentasi edisi, seperti yang saya buat ini misalnya). Setiap media , baik cetak maupun elektronik, dapat dipastikan punya editor. Sesuai namanya, tugasnya ya mengedit berita hasil liputan reporter/wartawan, agar layak diterbitkan/ditayangkan. Belum lagi diatas editor masih ada pimpinan redaksi. Jadi, ketika berita yang tidak layak ini bisa sampai terbit, menurut anda siapa yang bertanggung jawab?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar